Ternyata lagi rame ya perkara kata "anjay". Pantes sampe ada editor senior sebuah media online nasional yang berkantor di Yogya ngubungin saya terkait kata ini. #anjaygariskeras #AnjayKPAI #AnjayMabar
Sebenernya kita mesti paham bahwa bahasa itu arbiter ya. Artinya, mana suka. Suka-suka aja terbentuknya, suka-suka aja hingga akhirnya disepakati bersama untuk digunakan. Tapi, gue coba ulas dari kacamata kebahasaan yang gue tau ya.
Dari segi sosiolinguistik, yaitu bagaimana hubungan bahasa dengan masyarakat, ada yang namanya "slang". Bukan Slank ya, itu sih kutak bisa jauh darimu. Eaa. Slang ini bahasa yang muncul dan digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu dalam pergaulan. Misal, kelompok anak muda dll
Inget kata "bokap", "nyokap", "kuy", "alig", "lebay", "santuy", dll. Itu contoh slang yang berkembang di kalangan anak muda. Dan ini lazim. Mungkin ada juga kata yg berkembang di kalangan ibu-ibu klub sehat atau bapak-bapak whatsapp, saya nggak tau.
Jadi, dari segi sosiolinguistik, kata "anjay" ini adalah produk slang di kalangan anak muda. Bagaimana pembentukannya? Oke, kita coba bahas morfologinya.
Dalam perkembangan pembentukan kata, meski itu slang, biasanya ada pola-pola tertentu. Misal dulu, ada pola sisipan "-ok" setelah huruf pertama, ditambah 2 huruf berikutnya. Contoh: bapak -> bap -> b[ok]ap; mati -> mat -> m[ok]at; dll. Meskipun pola ini nggak baku ya!
Nah, sekarang, polanya keliatannya gini: 3 huruf pertama + akhiran "-ay". Makanya ada kata "lebay" dari kata: "lebih" -> "leb" -> leb[ay] ; anjing -> anj -> anj[ay]. Sekali lagi, ini cuma dugaan pola pembentukan ya, bukan rumus baku karena, ingat, bahasa itu arbitrer.
Terus klo suka-suka, kenapa bisa berpola? Guys, bahasa itu bentuk konkretisasi pikiran kita. Pikiran ini harus logis agar bisa diterima, klo nggak logis, kita jadi pusing. Sesuatu yg logis itu ada keteraturannya, ada polanya. Itu juga mengapa bahasa disebut sistem.
Nah, jadi kata "anjay" ini bermakna negatif atau positif? Duh, tolong jangan menilai kata seperti itu. Apakah karena dia berasal dari kata "anjing" terus otomatis jadi kata makian? Guys, anjing itu binatang peliharaan loh, kenapa negatif?
Dari sudut pandang psikolinguistik, sebuah kata memang pada akhirnya bisa menimbulkan nilai rasa. Inilah yg menyebabkan dia pantas digunakan pada kondisi tertentu atau tidak. Misal kata "aku". Sah aja klo kita pake sama temen, tapi pas pertemuan resmi antarnegara, apa pantes?
Nah, balik lagi, karena kata "anjay" ini lahir dari anak muda, maka saya rasa, penggunaannya di kalangan anak muda yang akrab, tidak akan jadi masalah. Apalagi kata ini biasa digunakan untuk mengungkapkan rasa takjub. Karena klo kaget biasanya pake kata "anjir", ya nggak sih? 😅
Jadi, yang masalah itu bukan kata "anjay" - nya. Tapi penggunaannya. Maka mulai sekarang kita jangan sampai kelewat batas menggunakan kata ini. Untuk sesama teman, bahkan, biasa aja kita menggunakan kata-kata makian. Tergantung kedekatan kita sama temen kita.
Makin akrab, biasanya makin no sensor. Itu sebabnya oke kalau kata "anjay" digunakan di lingkungan yg akrab. Jadi, kita harus sadar bahasa ya! Pada siapa kita bicara, harus kita sesuaikan seperti apa kita bicara. Inilah esensi berbahasa yg baik dan benar.
Semoga bisa memberi insight ya, Guys! 😉
Sumber asli di Twitter: https://twitter.com/nickyrosadi/status/1301124584972775425